Bertepatan dengan acara kegiatan Pusat Informasi Riset Bencana Alam - PIRBA Ristek dalam ajang “International Conference on Tsunami Warning” bertajuk “Towards Safer Coastal Communities” 12 s/d 14 NOV bertempat di Bali, maka Kementerian Riset dan Teknologi RI akan melaksanakan peresmian Sistem Peringatan Dini Tsunami untuk Indonesia yang dibangun selepas mega bencana Tsunami 26 Desember 2004 yang merengut nyawa 220.000 lebih orang tewas selain 121.000 korban hilang.
Sistem Peringatan Deteksi Dini Tsunami mengintegrasikan serangkaian perangkat instrumen yang mengaplikasikan teknologi canggih yaitu:
Akselerometer - alat deteksi untuk memonitor kejadian gempa, Tide Gauges - alat untuk memonitor perubahan tinggi permukaan air laut, Buoy - alat untuk memonitor perubahan tekanan air & alat pendeteksi ketinggian gelombang muka laut yang terapung dengan ditambatkan didasar laut, dan operasi satelit : baik dengan aplikasi GPS yang berperan dalam mendeteksi data pergerakkan deformasi permukaan lempeng bumi maupun aplikasi yang menjalankan fungsi saluran komunikasi yang benar-benar: “reliable” serta “real time”.
Keseluruhan bekerja sistem terkini diprogram untuk bekerja presisi dalam hitungan selang waktu secepat 4 (empat) menit untuk dapat mengeluarkan suatu peringatan Tsunami yang valid yang menjadi tanggung jawab oleh BMG : Badan Meteorologi Geofisika sebagai institusi pada puncak komando warning centre dalam sistem operasi & sekaligus menjadi tempat peluncuran INA-TEWS di Jakarta oleh Presiden RI 11 NOV besok. Sistem Peringatan Dini Tsunami saat kini telah siap diresmikan menunjukkan kemajuan yang demikian signifikan dalam peningatan hal kecepatan waktu deteksi peringatan ancaman bahaya Tsunami, berhubung ketika pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 2005 waktu kecepatan deteksi yang didapatkan adalah 20 menit.
Pada pekan sebelum peluncuran resmi operasional INATEWS : Tsunami Early Warning System untuk Indonesia terlebih dahulu telah diujicobakan simulasi mitigasi bencana tahapan final langsung di lapangan yakni pada kota pelabuhan yang terlanda mega bencana dahsyat akhir tahun 2004 yl yakni : Lhoksemaue di Propinsi NAD Aceh.
Sistem Peringatan Dini Tsunami RI yang berjalan secara multi-years mulai dari t.a 2005 s/d 2009. dirancang untuk diintegrasikan dalam jaringan sistem deteksi Tsunami Asia-Pacific meliputi 18 negara di seputar Samudera Hindia dan Pasifik. Oleh karenanya pengembangan sistem TEWS ini dibangun dengan bantuan kerja sama Internasional a.l : Institusi NOAA - AS dan Pusat Deteksi Tsunami Pacific TEWS berpusat di Honolulu, Hawaai AS. Disamping program kerjasama ilmiah dari negara Asia-Pasifik a.l: Australia, Jepang, India, Malaysia, serta Thailand.
Sedangkan dalam lingkup Internasional bersama negara Jerman ilmuwan Indonesia melakukan riset bersama dalam forum Germany-Indonesia : GI-TEWS yang melibatkan institusi a.l : Helmholtz Centre Potsdam German Research Center for Geosciences (GFZ), Alfred Wegener Institute for Polar und Marine Research in the Helmholtz Association.
Dalam Konferensi Internasional di Bali akan menampilkan pembicara a.l: dari Mr. Eddie Bernanrd dari institusi NOAA Amerika Serikat, Prof. Kenji Satake dari Universitas Tokyo Jepang, Hiro Kanamori pakar Seismic Monitoring dari Universitas Caltech, Pasadena - AS, dan sederet ahli dari instansi Pemerintah yang terlibat dalam mengelola tugas penanganan deteksi dini Tsunami beserta mitigasi penanggulangan bencana nasional dan kalangan ilmuwan dari Perguruan Tinggi yakni: BMG, BPPT, LIPI, Bakornas PBP, Bakosurtanal, Lapan, dan ITB.
Sumber: Up-dates situs ristek-go-id. / Rizal AK.
Sistem Peringatan Deteksi Dini Tsunami mengintegrasikan serangkaian perangkat instrumen yang mengaplikasikan teknologi canggih yaitu:
Akselerometer - alat deteksi untuk memonitor kejadian gempa, Tide Gauges - alat untuk memonitor perubahan tinggi permukaan air laut, Buoy - alat untuk memonitor perubahan tekanan air & alat pendeteksi ketinggian gelombang muka laut yang terapung dengan ditambatkan didasar laut, dan operasi satelit : baik dengan aplikasi GPS yang berperan dalam mendeteksi data pergerakkan deformasi permukaan lempeng bumi maupun aplikasi yang menjalankan fungsi saluran komunikasi yang benar-benar: “reliable” serta “real time”.
Keseluruhan bekerja sistem terkini diprogram untuk bekerja presisi dalam hitungan selang waktu secepat 4 (empat) menit untuk dapat mengeluarkan suatu peringatan Tsunami yang valid yang menjadi tanggung jawab oleh BMG : Badan Meteorologi Geofisika sebagai institusi pada puncak komando warning centre dalam sistem operasi & sekaligus menjadi tempat peluncuran INA-TEWS di Jakarta oleh Presiden RI 11 NOV besok. Sistem Peringatan Dini Tsunami saat kini telah siap diresmikan menunjukkan kemajuan yang demikian signifikan dalam peningatan hal kecepatan waktu deteksi peringatan ancaman bahaya Tsunami, berhubung ketika pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 2005 waktu kecepatan deteksi yang didapatkan adalah 20 menit.
Pada pekan sebelum peluncuran resmi operasional INATEWS : Tsunami Early Warning System untuk Indonesia terlebih dahulu telah diujicobakan simulasi mitigasi bencana tahapan final langsung di lapangan yakni pada kota pelabuhan yang terlanda mega bencana dahsyat akhir tahun 2004 yl yakni : Lhoksemaue di Propinsi NAD Aceh.
Sistem Peringatan Dini Tsunami RI yang berjalan secara multi-years mulai dari t.a 2005 s/d 2009. dirancang untuk diintegrasikan dalam jaringan sistem deteksi Tsunami Asia-Pacific meliputi 18 negara di seputar Samudera Hindia dan Pasifik. Oleh karenanya pengembangan sistem TEWS ini dibangun dengan bantuan kerja sama Internasional a.l : Institusi NOAA - AS dan Pusat Deteksi Tsunami Pacific TEWS berpusat di Honolulu, Hawaai AS. Disamping program kerjasama ilmiah dari negara Asia-Pasifik a.l: Australia, Jepang, India, Malaysia, serta Thailand.
Sedangkan dalam lingkup Internasional bersama negara Jerman ilmuwan Indonesia melakukan riset bersama dalam forum Germany-Indonesia : GI-TEWS yang melibatkan institusi a.l : Helmholtz Centre Potsdam German Research Center for Geosciences (GFZ), Alfred Wegener Institute for Polar und Marine Research in the Helmholtz Association.
Dalam Konferensi Internasional di Bali akan menampilkan pembicara a.l: dari Mr. Eddie Bernanrd dari institusi NOAA Amerika Serikat, Prof. Kenji Satake dari Universitas Tokyo Jepang, Hiro Kanamori pakar Seismic Monitoring dari Universitas Caltech, Pasadena - AS, dan sederet ahli dari instansi Pemerintah yang terlibat dalam mengelola tugas penanganan deteksi dini Tsunami beserta mitigasi penanggulangan bencana nasional dan kalangan ilmuwan dari Perguruan Tinggi yakni: BMG, BPPT, LIPI, Bakornas PBP, Bakosurtanal, Lapan, dan ITB.
Sumber: Up-dates situs ristek-go-id. / Rizal AK.