Jakarta, Kominfo Newsroom -– Plt. Kepala BPPT Prof. Dr. Wahono Sumaryono mengatakan, aplikasi akutansi sumber daya alam diperlukan untuk memahami bagaimana kondisi sumber daya alam (SDA) di masa lalu, masa kini, dan di masa-masa yang akan datang.
Selain itu aplikasi akuntansi sumber daya alam juga diperlukan, mengingat adanya sejumlah masalah dalam pengelolaan sumber daya alam, diantaranya sumber daya alam dan lingkungan yang semakin tertekan akibat adanya extensifikasi horizontal dan extensifiksi vertical kegiatan manusia.
Extensifikasi horizontal adalah aktivitas dalam bentuk pembukaan lahan-lahan pertanian dan explorasi ladang-ladang baru energi, sedangkan extensifikasi vertikal terjadi dalam bentuk deposit ekstrasi/deposit sumber daya alam yang semakin meningkat itensitasnya.
''Dampak dari tidak terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam pada akhirnya berimplikasi negatif terhadap pengelolaan sumber daya alam dan juga keberlanjutan pembangunan ekonomi,'' kata Prof. Wahono pada pembukaan seminar nasional ''Akutansi Sumber Daya Alam, Pangan, Energi dan Air,'' di Jakarta, Rabu (10/12).
Oleh karena itu, monitoring stok sumber daya alam dengan cara yang benar dan terstruktur seperti yang dapat dilakukan dengan akutansi sumber daya alam menjadi langkah dasar yang penting untuk menata ulang pemanfaatan sumber daya alam bagi sebesar-besarnya kesejahteraan mayarakat.
Sebagai konsep yang relatif baru, aplikasi akutansi sumber daya alam tersebut disebutnya perlu didukung oleh semua pihak yang menaruh perhatian besar dalam usaha pengelolaan sumber daya alam dengan pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, Wakil Rektor I IPB Prof. Dr. Yonny Koesmaryono dalam kesempatan yang sama mengemukakan, konsep resource accounting atau neraca kualitas sumber daya alam, atau akutansi sumber daya alam merupakan pemikiran yang sudah lama berkembang diantara para ahli ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang didorong oleh rasa tidak puas akan kondisi pembangunan yang cenderung mengesampingkan dampak negatif atau eksternalitas yang ditimbulkan akibat pembangunan itu sendiri.
Pembangunan yang seharusnya merupakan proses peningkatan kesejahteraan masyarakat, seringkali dalam perjalanannya tanpa disadari menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya alam dan lingkungan itu sendiri yang pada akhirnya kembali akan menurunkan kesejahteraan mayarakatnya.
Akuntansi sumber daya alam merupakan komplemen dari pengukuran-pengukuran yang sudah ada sekarang, digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana pembangunan berkelanjutan mencapai sasaran.
Kemudian bagaimana sebenarnya posisi pembangunan yang ada sekarang ini dalam kaitan benefit cost analisisnya, apakah lebih banyak manfaatnya daripada mudaratnya, atau sebaliknya, sehingga bisa memperoleh signal melalui feedback yang tepat mengenai kondisi sumber daya alam dan lingkungan yang merupakan modal dasar dari pembangunan itu sendiri.
Masalah pangan, energi dan air adalah masalah kritis yang harus segera mendapatkan pemecahannya, melalui penghitungan akutansi sumber daya alam diharapkan dapat diketahui posisi dan kondisi sebenarnya dari sumber daya yang jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi sumber daya yang terbatas dan menjadi permasalahan serius bagi kehidupan manusia ke depan. (T. Gs/toeb/c)
Selain itu aplikasi akuntansi sumber daya alam juga diperlukan, mengingat adanya sejumlah masalah dalam pengelolaan sumber daya alam, diantaranya sumber daya alam dan lingkungan yang semakin tertekan akibat adanya extensifikasi horizontal dan extensifiksi vertical kegiatan manusia.
Extensifikasi horizontal adalah aktivitas dalam bentuk pembukaan lahan-lahan pertanian dan explorasi ladang-ladang baru energi, sedangkan extensifikasi vertikal terjadi dalam bentuk deposit ekstrasi/deposit sumber daya alam yang semakin meningkat itensitasnya.
''Dampak dari tidak terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam pada akhirnya berimplikasi negatif terhadap pengelolaan sumber daya alam dan juga keberlanjutan pembangunan ekonomi,'' kata Prof. Wahono pada pembukaan seminar nasional ''Akutansi Sumber Daya Alam, Pangan, Energi dan Air,'' di Jakarta, Rabu (10/12).
Oleh karena itu, monitoring stok sumber daya alam dengan cara yang benar dan terstruktur seperti yang dapat dilakukan dengan akutansi sumber daya alam menjadi langkah dasar yang penting untuk menata ulang pemanfaatan sumber daya alam bagi sebesar-besarnya kesejahteraan mayarakat.
Sebagai konsep yang relatif baru, aplikasi akutansi sumber daya alam tersebut disebutnya perlu didukung oleh semua pihak yang menaruh perhatian besar dalam usaha pengelolaan sumber daya alam dengan pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, Wakil Rektor I IPB Prof. Dr. Yonny Koesmaryono dalam kesempatan yang sama mengemukakan, konsep resource accounting atau neraca kualitas sumber daya alam, atau akutansi sumber daya alam merupakan pemikiran yang sudah lama berkembang diantara para ahli ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang didorong oleh rasa tidak puas akan kondisi pembangunan yang cenderung mengesampingkan dampak negatif atau eksternalitas yang ditimbulkan akibat pembangunan itu sendiri.
Pembangunan yang seharusnya merupakan proses peningkatan kesejahteraan masyarakat, seringkali dalam perjalanannya tanpa disadari menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya alam dan lingkungan itu sendiri yang pada akhirnya kembali akan menurunkan kesejahteraan mayarakatnya.
Akuntansi sumber daya alam merupakan komplemen dari pengukuran-pengukuran yang sudah ada sekarang, digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana pembangunan berkelanjutan mencapai sasaran.
Kemudian bagaimana sebenarnya posisi pembangunan yang ada sekarang ini dalam kaitan benefit cost analisisnya, apakah lebih banyak manfaatnya daripada mudaratnya, atau sebaliknya, sehingga bisa memperoleh signal melalui feedback yang tepat mengenai kondisi sumber daya alam dan lingkungan yang merupakan modal dasar dari pembangunan itu sendiri.
Masalah pangan, energi dan air adalah masalah kritis yang harus segera mendapatkan pemecahannya, melalui penghitungan akutansi sumber daya alam diharapkan dapat diketahui posisi dan kondisi sebenarnya dari sumber daya yang jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi sumber daya yang terbatas dan menjadi permasalahan serius bagi kehidupan manusia ke depan. (T. Gs/toeb/c)