Dunia PR Indonesia Banyak Lemahnya

Jakarta, Kominfo Newsroom -– Vice President International Public Relation Associations (IPRA), Elizabeth Goenawan Ananto, menilai perkembangan Public Relation (PR) di Indonesia terkendala oleh kurang dan lemahnya penelitian-penelitian atau praktek yang dilakukan.


''Kami terus mendorong kampus-kampus yang punya jurusan PR memperbanyak penelitian, sehingga PR-PR yang dihasilkan benar-benar berkualitas,'' katanya di Jakarta, Rabu (10/12).

Para PR dikatakannya harus punya keseimbangan kemampuan di berbagai faktor sehingga mampu menguasai setiap tugas yang diemban.

Selain itu dirinya juga berharap peran industri-industri besar nasional dapat lebih menempatkan PR sebagai strategi korporasi tidak sebatas alat pemasaran.

''Jadi lebih kepada strategi untuk membuat satu situasi dimana nanti saat kegiatan marketing diluncurkan maka masyarakat sudah dalam keadaan yang terkondisikan,'' katanya.

Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia akan menjadi pasar yang besar dan potensial bagi profesi PR. Oleh sebab itu perusahaan-perusahaan maupun suatu lembaga yang dibutuhkan saat ini adalah PR yang berkelanjutan.

''Jadi tidak bisa sekaligus kita buat program PR kemudian dilepas begitu saja. Itu harus terus dipelihara,'' tambahnya.

IPRA merupakan organisasi yang dibentuk oleh tokoh-tokoh komunikasi di Eropa pada tahun 1955. Organisasi ini mengumpulkan para praktisi dari 110 - 115 negara yang ingin memberikan suatu leadership positioning bahwa IPRA merupakan organisasi yang bisa diandalkan dari segi profesionalitas. (T.tr/toeb/c)